Selalu saja yang menarik bagi manusia yang hidup di zaman modern ini tidak lain tidak bukan adalah cara menumpuk harta. Saya tidak tahu mau kemana lagi supaya tidak mendengar pembicaraan yang berlebihan tentang ketakjuban-ketakjuban yang luar biasa tentang penumpukan-penumpukan harta. “Dia luar biasa ya, padahal berasal dari keluarga yang kekurangan sekarang bisa jadi kaya”. “Dia luar biasa ya, padahal dulu tidak bisa baca tulis sekarang hidup enak, punya rumah bagus, mobil, pokoknya lengkap”. “Dia hebat ya, padahal ini ..... padahal itu ..... Menurut apa yang saya alami tidak ada obrolan yang lebih menarik dari penumpukan harta. Membicarakan pertanian ujung-ujungnya adalah hasil penjualan hasil pertaniannya. Membicarakan peternakan ujung-ujungnya adalah hasil penjualan hewan ternaknya. Membicarakan pekerjaan ujung-ujungnya adalah nominal gajinya. Rasa-rasanya kok tidak ada yang dianggap penting lagi oleh manusia selain pembicaraan perihal penumpukan harta. Hal ini secara tidak
Sebegitu yakinnya manusia dengan benda-benda, sehingga ia berjuang mati-matian untuk mencapai pencapaian yang bersifat benda, dapat dirasakan oleh pancaindera atau kalau tidak, secara kuantitatif jelas perhitungannya. Padahal manusia mengerti tentang apa yang dia lihat pun tidak terletak pada bendanya, tetapi di pikirannya. Benda hanya sekedar pintu masuk untuk mengerti. Pengklasifikasian supaya mempermudah manusia untuk membedakan fungsi juga bagian dari yang tidak kasat mata. Itu ghaib. Apalagi proses yang titik beratnya pada fungsi pun tidak menjamin hasilnya sesuai dengan apa yang diinginkan. Segala yang terlihat kasat mata substansinya terletak pada wilayah ghaib yang sebenarnya tidak bisa dirumuskan oleh manusia. Entah apa yang membuat manusia mengalami kemunduran-kemunduran. Selain berkaitan dengan keghaiban tersebut, sudah sangat lama manusia mengerti bahwa kehidupan yang ia jalani saat ini bukanlah tujuan. Kehidupan saat ini hanyalah proses menuju kehidupan lain yang m