Langsung ke konten utama

Kencing Di Tempat

Selalu saja yang menarik bagi manusia yang hidup di zaman modern ini tidak lain tidak bukan adalah cara menumpuk harta. Saya tidak tahu mau kemana lagi supaya tidak mendengar pembicaraan yang berlebihan tentang ketakjuban-ketakjuban yang luar biasa tentang penumpukan-penumpukan harta. “Dia luar biasa ya, padahal berasal dari keluarga yang kekurangan sekarang bisa jadi kaya”. “Dia luar biasa ya, padahal dulu tidak bisa baca tulis sekarang hidup enak, punya rumah bagus, mobil, pokoknya lengkap”. “Dia hebat ya, padahal ini ..... padahal itu ..... 

Menurut apa yang saya alami tidak ada obrolan yang lebih menarik dari penumpukan harta. Membicarakan pertanian ujung-ujungnya adalah hasil penjualan hasil pertaniannya. Membicarakan peternakan ujung-ujungnya adalah hasil penjualan hewan ternaknya. Membicarakan pekerjaan ujung-ujungnya adalah nominal gajinya. Rasa-rasanya kok tidak ada yang dianggap penting lagi oleh manusia selain pembicaraan perihal penumpukan harta. 

Hal ini secara tidak langsung diwarisi oleh keturunan-keturunannya. Nyawa kreativitas pada zaman ini adalah uang. Kalau tidak mendapatkan imbalan uang yang setimpal ngapain harus repot-repot menjadi kreatif. Jadilah generasi penerusnya menjadi generasi penerus yang total pamrihnya. Kalau dianggap tidak menguntungkan tidak akan dijalani. 

Tidak heran perlahan-lahan kreativitas  mati. Kalaupun ada aktivitas yang sifatnya menggunakan kreativitas bukan karena ingin bermanfaat bagi orang lain tetapi karena pasar yang ujung-ujungnya adalah perolehan uang, penumpukan harta. Keotentikan manusia tidak dihormati, tidak akan diapresiasi oleh orang lain jika tidak sejalan dengan pasar.

Bersamaan dengan merebaknya beragam alat untuk mempermudah kehidupan (mendukung kemalasan) juga laku kerasnya makanan cepat saji merebak juga generasi instan yang malas berproses. Hal tersebut dikritik habis-habisan oleh film the maze runner. Sejumlah pemuda yang dimasukkan ke wilayah terpencil tanpa ada fasilitas memadai. Kalau ingin bertahan hidup silahkan manfaatkan apa saja yang ada di sekitarnya. Kalau ingin keluar dari tempat tersebut silahkan keluar dengan melewati labirin yang didalamnya ada makhluk-makhluk pembunuh yang mengerikan. Itu semua hanya sekedar untuk menempa para pemuda untuk menjadi manusia-manusia tangguh. 

Di zaman modern ini tidak ada tempaan. Para orang tua tidak tegaan kepada anak-anaknya. Apa saja dituruti. Mandi dimandikan. Makan disuapi. Mungkin para orang tua tidak ingin anaknya kesusahan seperti saat mereka masih muda dulu. Juga tidak ada tradisi laku, menyengaja untuk susah. Padahal cara berpikir untuk mendidik dengan fasilitas yang berlebihan membuat anak-anak mereka jadi pemalas. Malas berproses. Inginnya serba cepat. Menunggu lampu merah 20 detik saja tidak mau. Kalau sekiranya ada kesempatan nylonong ya nylonong saja.

Maka, hidup tidak usah bertele-tele, yang penting mencari uang. Tidak perduli merugikan orang lain atau tidak yang penting untung. Kalau bisa mencari uang tidak perlu susah. Kalau ada cara yang instan kenapa tidak dijalani. Yang saya khawatirkan adalah, kalau suatu ketika cara berpikir seperti itu membuat mereka berpikir, “ngapain kencing di kamar mandi kalau bisa keluar di tempat kenapa tidak .......... ”.

Komentar