Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Siapa Saya di Tengah Kebobrokan Fakultatif

Setiap manusia sebenarnya sastrawan, juga pelukis, atau mungkin musisi. Mereka berhak menentukan sastranya sendiri, lukisannya sendiri, musiknya sendiri. Yang sebenarnya, juga tak bisa dibatasi sekedar dengan kata-kata, gambar, dan bunyi. Komposisinya begitu kompleks. Tak ada pakem diksi-diksi tertentu. Tak ada pakem komposisi garis, warna tertentu. Juga aransemennya tidak seperti aransemen musik mainstream seperti yang kita pahami.   Mungkin ada dasar-dasar tertentu yang pertama-tama harus dipatuhi. Bolehlah belajar dari Chairil Anwar, belajar gambar realis, belajar lagu-lagu pop mainstream. Kepatuhan tersebut selanjutnya dijadikan pijakan, justru untuk tidak seperti ranah mainstream tersebut tetapi untuk menemukan “siapa saya”.   Wilayah pakem hanya kita letakkan sebagai ritme saja. Juga sebagai pintu masuk. Selanjutnya silahkan berkreasi di wilayah empat per empat atau enam per delapan. Silahkan memilih geometri modern atau fraktal. Atau berdialog dengan hati kita masing-masing

Perjalanan dari Bhineka Menuju Tunggal Ika (Bagian 6)

Bhineka Tunggal Ika P emahaman diri yang akurat, kedaulatan yang tepat dan karakter yang matang minimal bisa memberikan pengertian kepada kita tentang bhineka tunggal ika. Maksimalnya, bhineka tunggal ika bisa menyatu dalam kehidupan keseharian kita. Bhineka tunggal ika adalah keniscayaan, kepastian. Dan itu salah satu rumus Allah dalam menciptakan sesuatu. Tubuh manusia terdiri dari berbagai organ yang fungsinya berbeda-beda. Setiap organ menjadi dirinya sendiri , memaksimalkan dirinya sendiri tetapi dengan aturan dan batasan-batasan tertentu maka jadilah tubuh manusia yang ideal.     Bhineka tunggal ika adalah rumus organisme sempurna. Terdiri dari berbagai unsur yang berbeda-beda tetapi manunggal , menyatu, mempunyai tujuan yang sama. Allah menciptakan organisme sempurna sebagai referensi tentang bagaimana bekerjasama satu sama lain dalam rangka mencapai suatu tujuan utama.  Allah yang mengambil jarak dengan manusia, memberikan mandat kepada manusia untu

Perjalanan dari Bhineka Menuju Tunggal Ika (Bagian 5)

Krisis Karakter Populernya materialisme di negara ini adalah salah satu indikasi bahwa b angsa Indonesia memang sedang krisis karakter. Pendidikan karakter yang didengung-dengungkan ternyata secara epistimologis masih kurang tepat apalagi prosesnya. Bahkan semakin terbukti kegagalannya dengan fakta yang ada. B ersamaan dengan didengung-dengungkannya pendidikan karakter, rasa keindonesiaan justru semakin jatuh. Di media-media semakin membangga-banggakan yang bukan Indonesia. Di sekolah-sekolah murid-murid semakin tidak menghormati guru. Di masyarakat yang muda tidak menghormati yang tua. Di lingkungan keluarga anak semakin tidak sopan dengan orang tuanya. Silaturahmi-silaturahmi menjadi berkurang. Interaksi sosial berkurang karena dianggap berkomunikasi lewat media sosial, grup whatsapp, grup BBM sudah cukup. Kurangnya interaksi sosial mengakibatkan kepekaan sosial berkurang. Empati menjadi terkikis. Apabila ada tetangga yang sakit malah bahagia. Karena yang diingat-ingat ada

Perjalanan dari Bhineka Menuju Tunggal Ika (Bagian 4)

Pendidikan Karakter Ketidakpahaman diri, daruratnya kedaulatan membuat bangsa ini menjadi bimbang, tidak jelas orientasi hidupnya. Banyak yang terjerumus kepada materialisme. Tujuan hidupnya adalah kepemilikan terhadap benda-benda, kemelimpahan kekayaan. A tau lebih parahnya adalah hanya sekedar untuk memiliki uang, tidak tahu akan digunakan untuk apa. S eperti ada efek candu di dalamnya. Akhirnya ketidakjujuran terjadi dimana-man a, d alam segala bidang . Menggunkan berbagai cara beragam yang semakin hari semakin kreatif. Padahal sudah jelas dasar negara di negara ini adalah Pancasila. Pancasila dengan sila pertama “K etuhaan yang M aha E sa ” . Artinya setiap kebijakan harus bersandar pada prinsip ketuhanan. Setiap manusia di negara ini seharusnya juga menjadikan prinsip ketuhanan sebagai bahan pertimbangan utama dalam kehidupan sehari-hari. Anehnya, justru yang mempunyai posisi tinggi untuk mengemban amanat rakyat di negara ini adalah yang paling tidak berketu

Perjalanan dari Bhineka Menuju Tunggal Ika (Bagian 3)

Karakter, Kedaulatan dan Kebhinekaan Pendidikan karakter yang tepat akan membantu manusia memahami karakter diri secara akurat. Pemahaman tentang karakter diri yang akurat akan mempengaruhi tingkat kedaulatan. Tingkat k edaulatan sangat mempengaruhi seseorang untuk menentukan pilihan-pilihan hidup yang akan diambil. Pilihan hidup ser i ngkali dikaitkan dengan passion . Sebenarnya , passion itu terkesan egois. Tidak semua orang hidup akan mampu memilih jalan hidup sesuai dengan passion yang ia miliki. Apalagi sekarang seperti terjadi peny eragama n passion . Media-media memberikan referensi-referensi passion hanyalah yang bersifat materialistis. Itupun dengan cara yang instan. Dalam sebuah acara kontes menyanyi peserta-pesertanya selalu mengatakan, “menyanyi adalah passion saya”. Ribuan orang yang ikut , membumbung tinggi khayalannya untuk menjadi penyanyi terkenal. Kemudian, para aktor dan aktris mengatakan bahwa menjadi aktor dan aktris adalah passion me

Perjalanan dari Bhineka Menuju Tunggal Ika (Bagian 2)

Kesalahpahaman tentang Karakter Selama ini yang dipahami sebagai karakter adalah moral ataupun akhlak terpuji. Misalnya jujur, tanggung jawab, disiplin, rendah hati, kasih sayang. Padahal, itu semua adalah akhlak terpuji. Akhlak terpuji bukanlah karakter. Akhlak terpuji adalah sesuatu yang wajib dimiliki oleh seseorang. Karakter adalah unsur-unsur yang apabila disatukan menjadi sesuatu yang berbeda antara satu orang dengan orang lain. Beda juga dengan ciri. Kalau ciri cukup satu unsur saja. Contohnya, orang tersebut ciri wajahnya mempunyai tahi lalat di pipi kiri. Atau orang tersebut ciri khasnya ketika berbicara seperti orang berteriak.   Setiap hewan memiliki karakternya masing-masing. Ayam berbeda dengan burung. Anjing berbeda dengan kucing. Kambing berbeda dengan sapi. Semut berbeda dengan jangkrik. Itu semua tidak bisa diperbandingkan satu sama lain. Secara kasat mata s emut memang lebih kecil daripada jangkrik, tetapi perbandingan tersebut tidaklah tepat karena semut adalah

Perjalanan dari Bhineka Menuju Tunggal Ika (Bagian 1)

Pendidikan adalah salah satu bagian penting dalam kehidupan. Tanpa pendidikan manusia tak akan mempunyai bekal untuk menjalankan fungsinya sebagai manusia. Setelah Allah menciptakan Nabi Adam, hal pertama yang diurusi oleh Allah adalah pendidikan. Dia mengajar kan tentang prinsip-prinsip kehidupan kepada beliau sebagai bekal untuk menjalankan tugasnya sebagai abdullah dan khalifah fil ardl . Hal tersebutlah yang membuat malaikat akhirnya mau bersujud kepada Nabi Adam. Para Malaikat menghormati Nabi Adam karena memiliki kemampuan yang hanya dimiliki oleh Allah dan makhluk baru bernama Adam. Perangkatnya bernama akal. Prosesnya bernama belajar. Dan secara luas disebut sebagai pendidikan.   Begitu juga dengan keturunan-keturunanya. Urusan pertama keturunan Adam dengan Allah juga pendidikan. S ebelum ruh ditiupkan kepada calon jasad, Allah mendidiknya terlebih dahulu. Dia mengadakan sebuah perjanjian dengan ruh manusia yang akan ditiupkan ke jasad. Perjanjian itulah bentuk pendidikan