Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2016

Semoga, Sokur-sokur (Jawa), Kalau Bisa, Atau Lebih Jauh Lagi dan Sang Pencipta

Setiap pagi, mereka melakukan perjalanan menuju ke sebuah tempat yang menjadi tautan harapan masa depan. Ada yang diantar orang tua, naik kendaraan umum, jalan kaki ataupun mengayuh sepeda. Mereka melakukannya dengan penuh semangat. “Dari sinilah aku merajut masa depanku”, itulah isyarat yang terbaca dari senyuman-senyuman mereka. Mereka melewati hari-harinya dengan penuh keceriaan. Tapi para pemelihara negeri (hanya kelihatannya) tak kunjung sadar akan semangat-semangat itu. Mereka terus mencekoki para pemilik semangat otentik itu dengan doktrin-doktrin kebodohan, membutakan mata dengan paham-paham kebendaan dan menumpulkan hati dengan pundi-pundi keserakahan. Sampai akhirnya semangat yang otentik itu memudar, sedikit demi sedikit. Mereka menghapus rangkaian kata-kata yang dirajut sendiri oleh para pemilik semangat otentik itu dan menggantinya dengan kata-kata baru. Satu, dua, tiga, empat dst, para pemilik semangat otentik mulai hilang. Para pemilik semangat itu tidak sadar bahwa diri

Dosa

Dosa adalah sebuah anugerah. Penciptaan dosa adalah simbol kasih sayang Tuhan terhadap makhluk. Itulah ungkapan indah yang bisa kita sematkan untuk dosa. Dengan ungkapan itu juga, kita sedikit-sedikit bisa mengurangi kecurigaan kita terhadap si dosa (bukan perbuatan yang menyebabkan dosa). Karena seringkali kita mencap dosa dengan cap negatif yang tak terkirakan.   Sebelum lebih jauh membahas tentang dosa, mari kita samakan persepsi dulu tentang dosa dalam lingkup pembahasan ini. Yang menjadi dasar dalam pembahasan dosa pada tulisan ini adalah dosa itu sendiri, dosa secara independen walaupun dalam persepsi sederhananya dosa tidak bisa lepas dari perbuatan yang mengakibatkan dosa. Pada tulisan ini dosa secara independen tersebut kita simbolkan sebagai makhluk, sehingga memudahkan pikiran untuk lebih mengerti dosa secara independen. Mengapa Independensinya kita analogikan sebagai makhluk bukan sebagai benda ? padahal benda juga bisa bersifat independen ? dosa bisa bergerak, ia mempuny

Bertanyalah

Juara, kaya, nomor satu, terkenal, itu, itu yang menjadi dambaan manusia saat ini. Ingin serba lebih dari manusia lain, bahkan kalau perlu ingin serba lebih dari semua makhluk ciptaan Tuhan. Tidak ada yang lebih menarik dari motivasi untuk lebih, untuk bangga terhadap pencapaian diri. Serba materi. Sekolah bukan lagi tempat untuk mencari ilmu, tetapi tempat untuk menumbuhkan benih-benih materialisme. Bekerja bukan lagi sebagai proses kebermanfaatan diri untuk orang lain, tetapi karena cinta akan materi. Media informasi bukan lagi tempat berbagi informasi yang perlu untuk diketahui orang lain, tetapi tempat untuk mencari keuntungan materi. Mencintai seseorang bukan karena benar-benar mencintai tetapi karena alasan materi. Seakan-akan, Tuhannya para manusia adalah materi. Mungkin bukan seakan-akan lagi, tetapi memang Tuhannya para manusia.   Terjadi proses kebingungan yang begitu membingungkan. Labirin materi begitu rumit. Sangat sulit untuk mencari jalan keluarnya. Seakan-akan tak ada

Kenyataan

Kehidupan adalah kenyataan yang harus dihadapi oleh manusia. Manusia hanya mampu menjalaninya sesuai dengan keadaan yang ada ketika ia hidup. Semenjak awal kehidupan diciptakaan sampai saat ini ketika saya menulis tulisan ini yang namanya hidup harus tetap dilalui dengan perjuangan yang tidak mudah. Cerita heroik tentang perjuangan hidup manusia selalu menjadi cerita yang membuat para penyimak cerita kehidupan menggebu-gebu, sehingga memunculkan semangat yang berapi-api bagi penyimaknya. Disisi lain manusia terus mengembangkan berbagai cara, berbagai sistem dan berbagai peralatan yang dapat mempermudah kehidupan.   Berbagai pengembangan tersebut tercipta, tetapi ada manusia-manusia yang tetap tidak rela dengan sistem kehidupan yang baru. Mereka mencari cara supaya hidup tetap sulit karena mereka berpikir tanpa adanya kesulitan hidup tak bermakna. Ada juga beberapa orang yang mengontrol sistem tersebut hanya memakainya untuk diri sendiri dan mempersulit orang lain karena dengan memper

Pejuang "Kecelik"

Allah telah membuat segala hal secara komplit dengan ketelitian yang sangat rapat dan tak ada cacatnya sedikitpun. Manusia yang punya sedikit kemampuan untuk berkreasi dipersilahkan untuk mengelola lingkungan tempat tinggalnya, yaitu di bumi. Sebenarnya manusia tidak usah-usah mencipta sesuatu yang baru, karena tak ada sesuatu yang baru. Semua sudah dicipta oleh Allah. Manusia tinggal mengadopsi rumus-rumusnya saja, yang kemudian digunakan untuk mengelola sesuatu. Umpamanya, tentang gelombang yang biasanya disebut sinyal dan sering digunakan oleh operator sellular. Sebelum manusia bisa menemukan itu ya sebenarnya memang sudah digunakan oleh Allah untuk memberikan ilham-ilhamnya bagi setiap manusia setiap waktu. Bahkan lebih hebat lagi orang-orang zaman dahulu bisa memanfaatkannya untuk berkomunikasi secara telepati. Jadi pada intinya manusia tinggal mencari pola-polanya saja. Allah tahu manusia itu lemah dan terbatas kemampuannya. Sehingga ia tidak tega manusia mencari pola secara mand

Kecewa atau Senang ?

Kelihatannya menyenangkan, tetapi sebenarnya menjerumuskan. Seperti itulah kinginan. Kesenangan tidak selalu sejalan dengan kebahagiaan sejati. Gejolak-gejolak itu hanya akan menutupi panca indera dengan kebohongan-kebohongan, sehingga panca indera ini tidak akan pernah tahu mana yang Sejati. Ia akan membutakan mata, menutupi pendengaran, merusak penciuman, serta memati rasakan lidah dan kulit, atau bahkan menumpulkan hati. Jika sudah seperti itu manusia menurunkan kualitasnya, menjadi binatang-binatang liar yang selalu mencari mangsa dan bahkan kadang-kadang tidak segan-segan membunuh saudaranya sendiri.   Kekecewaan-kekecewaan yang diterima atas tidak diturutinya keinginan jauh lebih baik dari kepuasaan-kepuasaan batin semu. Kekecewaan-kekecewaan itu akan menuntun kita menuju Sang Sejati.

Kemampuan Istimewa

Manusia diciptakan bukan untuk tidak melakukan apa-apa. Minimal, menjalankan tugas untuk terus menjaga kehidupannya secara individu. Untuk menjalankan tugas menjaga kehidupan tersebut seorang manusia perlu bekerjasama dengan dirinya sendiri dan segala yang berada di luar dirinya. Supaya manusia dapat melaksanakan kerjasama yang baik, seorang manusia harus memahami karakter diri serta karakter-karakter dari segala yang berada di luar dirinya.   Kerjasama adalah pola dua arah. Di dalamnya terdapat dua subyek yang saling berinteraksi. Di dalam pola kerjasama terdapat dua bagian hidup, setiap bagian hidup mempunyai pola kemungkinan. Untuk mewujudkan kerjasama yang baik, dua subyek ini harus mampu menyatukan secara dialektis dan dinamis pola-pola kemungkinan yang ada. Misalnya pola feminin-maskulin, feminin ditanami-menyuburkan, maskulin menanam-mengelola. Jika menanam-mengelola dan ditanami-menyuburkan itu terjadi secara baik dan akurat maka akan menghasilkan sesuatu. Hasil adalah prose

Kekanak-kanakan

Betapa cintanya Tuhan dengan makhluk yang bernama manusia. Seberapa pun penghianatan yang dilakukan manusia tidak membuat Tuhan murka begitu saja. Berkali-kali, dalam setiap kesempatan Tuhan justru menyapa manusia dengan kelembutan-kelembutan, berkali-kali juga Tuhan memberitahukan kepada manusia bahwa Dia itu Maha pengampun, Maha penyayang, Maha pengasih. Saking  cintaya Tuhan kepada manusia, sampai-sampai Tuhan mengutus Rasul untuk terus mengingatkan manusia sepanjang zaman. Dia berpura-pura butuh untuk disembah, dengan memberikan perintah kepada manusia untuk menyembah. Padahal itu tidak berpengaruh bagi-Nya, itu semua hanya untuk kepentingan dan keselamatan manusia itu sendiri.   Manusia tidak begitu paham dengan itu semua. Manusia tidak kunjung mau untuk sedikit mengerti komunikasi Tuhan terhadap dirinya. Ia justru terlalu asyik menikmati pinjaman Tuhan kepada dirinya yang bernama nafsu. Ia juga dengan seenaknya memanfaatkan perintah-perintah Tuhan hanya untuk sekedar pemenuhan