Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2016

Kebahagiaan

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa tujuan manusia hidup adalah untuk mencari kebahagiaan. Namun makna kebahagiaan itu berbeda-beda bagi masing-masing individu. Ada kebahagiaan yang berorientasi kepada materi, ada yang berorientasi kepada spiritual dan ada juga yang berorientasi kepada dua-duanya. Perbedaan pemaknaan kebahagiaan itu sangat mempengaruhi pola hidup bagi masing-masing individu. Orang yang makna kebahagiaannya berorientasi pada materi, pola   kehidupanya hanya ditujukan untuk kepemilikan materi tanpa mempedulikan hal lain selain materi. Tujuan dari kepemilikan materi itu pun berbeda-beda, ada yang beralasan karena mempunyai banyak tanggung jawab, ada yang hanya untuk kebanggaan akan kepemilikan materi, hura-hura dll. Orang yang makna kebahagiaannya berorientasi kepada spiritual, pola kehidupanya hanya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Ia Tidak mempedulikan materi, pola hidupnya tidak bisa ditebak dan terkadang tidak bisa dicerna oleh logika. Orang yang berorientasi k

Konsisten

Nilai itu terletak pada konsistensi. Kebenaran, jika tidak konsisten maka bisa saja kebenaran itu dianggap gugur walaupun kebenaran tetaplah kebenaran. Pada titik inilah cobaan terbesar manusia. Dengan keadaan dirinya yang diberi anugerah berupa akal memungkinkan manusia untuk kreatif yang sangat rentan kepada ketidakkonsitenan, manusia harus konsisten dengan keputusannya. Keadaan diri yang dinamis memang seperti tidak sejalan dengan sesuatu yang seharusnya. Di sisi lain, keadaan itu sebenarnya semakin mengukuhkan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Kesempurnaan bukanlah kemampuan untuk melakukan kebaikan-kebaikan di tengah situasi yang baik. Tetapi melakukan kebaikan-kebaikan walaupun ia berada dalam situasi yang sangat buruk. Makhluk sempurna pastilah dihadapkan dengan kemungkinan yang lebih kompleks dari pada makhluk lain. Baik itu kemungkinan baik atau kemungkinan buruk. Manusia punya kuasa atas kemungkinan-kemungkinan itu, walaupun tidak 100 persen. Upaya untuk t

Mencari

Mencari, sebuah kata kerja, satu-satunya yang membuat manusia bertanya-tanya seumur hidup. Pencarian tak akan pernah selesai, panjang, tak terbatas. Siapa, dimana, bagaimana, kapan, kemana adalah kata-kata yang akan selalu mengiringi kehidupan. Bohong jika manusia tahu, karena dibalik apa yang ia ketahui ia tak pernah tahu apa-apa. Ingat, pencarian tak pernah berhenti. Sombong adalah sifat yang sangat tidak sesuai bagi manusia. Apa yang perlu disombongkan? Mencari saja tidak pernah ketemu, mau sombong. Jangan pernah mengaku tahu, karena dengan dirimu saja kamu tak pernah tahu.

Hukum (Pasti) “Baik”

Salah satu hukum yang diciptakan Tuhan bersamaan dengan diciptakaannya alam semesta dan isinya adalah hukum (pasti) “baik”. Perbuatan baik akan berakibat baik. Begitu juga sebaliknya .   Manusia sebagai wakil Tuhan di bumi akan mampu menunaikan tugasnya secara maksimal jika ia senantiasa banyak berbuat baik dalam hidupnya. Bukan menjadi malaikat, tetapi sebagai manusia biasa, tetap memiliki hawa nafsu namun bisa mengendalikanya. Tidak penting surga atau neraka, yang penting adalah berbuat baik, karena hal tersebut berbanding lurus dengan hukum (pasti) “baik”. Orang yang melakukan kebaikan sejati adalah orang yang mampu berbuat baik di tengah-tengah berbagai kemungkinan keburukan/kejahatan yang ada. Artinya ia mampu melewati rintangan. Itulah alasan mengapa keburukan/kejahatan ada. Jika tidak ada keburukan/kejahatan sama dengan tidak ada apa-apa. Seseorang bisa dikatakan sebagai laki-laki karena ada pembanding manusia lain dengan jenis berbeda yang disebut perempuan. Baik mempunya

Kenyataan

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang ditugaskan untuk menyembah Tuhan dan memelihara serta mengembangkan beberapa hasil ciptaan Tuhan yang lain terutama yang ada di bumi. Jika dilihat   dari sudut pandang Tuhan sebagai subyek penciptaan maka kehidupan manusia hanyalah sebuah rekayasa dan ciptaan, hanya Tuhan yang tahu alasan Tuhan menciptakan ciptaan. Namun, jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk, kehidupan manusia adalah sebuah kenyataan yang harus dijalaninya. Yang mana manusia harus hidup sesuai hukum-hukum Tuhan yang telah diciptakan-Nya. Mekanisme kehidupan yang menyatakan bahwa ada Tuhan dan ada ciptaan adalah sebuah mekanisme nyata bukan mekanisme pura-pura seperti yang terdapat pada film, teater atau jenis pertunjukan yang lain. Artinya Tuhan itu nyata dan benar-benar ada. Yang sering terjadi adalah manusia menganggap upaya untuk berhubungan dengan Tuhan hanya sebatas kewajiban adat supaya dianggap baik oleh mayoritas masyarakat atau, kalau tidak hanya s

Materi ?

Saat ini materi adalah satu-satunya hal yang paling dicintai manusia. Hampir 90 persen dari kehidupannya diperjuangkan untuk mencari materi. Sehingga ia lupa bahwa tujuan hidup itu lebih dari sekedar untuk mencari materi. Kehidupan yang serba materi itu ia perjuangkan mati-matian. Ia lupa dengan Tuhan. Tuhan menjadi sesuatu yang dikesampingkan. Dan hanya ditempatkan sebagai penghibur atau pelipur lara ketika hati sedang gundah. Kehidupan yang sama sekali tidak disandarkan kepada Tuhan ini sangatlah rapuh. Bersifat mudah rusak dan terperosok kepada kebahagiaan semu. Dengan seperti itu manusia tak tahu tentang hukum-hukum serta pola-pola yang diciptakan-Nya. Ia tidak tahu hukum baik, hukum pasang-pasangan (sebab-akibat, saling melengkapi), pola keindahan serta masih banyak hukum-hukum serta pola-pola yang tak terhitung jumlahnya. Karena manusia mengabaikan itu, ia bertindak dengan tidak akurat. Setiap keputusannya salah-salah, karena tidak sejalan dengan hukum-hukum dan pola-pola yan

Saya

Saya yang sebenarnya, bukanlah saya yang dapat dilihat dengan mata, didengar dengan telinga, dicium dengan hidung dan diraba dengan kulit. Saya yang ditugaskan untuk masuk ke dalam sebuah jasad berbeda dengan jasad itu sendiri. Saya yang sebenarnya juga berbeda dengan saya yang disatukan dengan jasad dan ditugaskan untuk menjalani sebuah proses yang disebut sebagai kehidupan. Sekarang, saya tidak bisa menjadi saya yang sebenarnya secara utuh. Bahkan, seringkali saya lupa bahwa saya bukan jasad atau penyatuan antara saya dengan jasad. Hal ini dikarenakan saya sekarang adalah saya dengan jasad yang ditugaskan untuk menyatu dan menjalani proses kehidupan. Saya yang sejati adalah nol, namun dalam proses ini, saya yang sejati adalah satu. Untuk menjalankan proses ini saya diberi potensi di bawah nol ataupun di atas nol oleh nol. Saya tidak boleh menjadi di bawah nol, sehingga kesadaran murni adalah satu. Namun, saya yang satu tidak selalu mudah menjadi satu, bahkan tidak pernah menj