Langsung ke konten utama

Menunggu Kesudahan

Kalau segelintir orang menyengaja berbuat sesuatu tanpa mempertimbangkan apakah dampak negatifnya berpengaruh bagi banyak orang atau tidak berarti hatinya telah membatu dengan sangat keras. Yang ia pedulikan adalah dirinya sendiri.

Kemudian, apabila perbuatannya telah terbukti merugikan banyak orang yang skalanya luar biasa besar tetapi ia tidak merasa bersalah berarti batu hatinya semakin keras. Yang penting “aku” untung, tidak peduli orang lain mau mati, mau menderita, mau sengsara. 

Saya tidak tahu, apakah ini yang sedang terjadi di dunia ini. Baik dalam skala lokal, nasional maupun internasional. Kalau iya, inilah puncak dari kesombongan manusia sekaligus puncak kepengecutan manusia.

Puncak kesombongan karena manusia semakin tidak sadar bahwa sombong itu tidak benar, tidak baik, tidak indah. Sehingga ia terus memperbaharui tata cara untuk mengimplementasikan kesombongannya supaya semakin canggih, semakin canggih dan semakin canggih. Semakin halus, semakin halus dan semakin halus. 

Puncak kepengecutan karena ia berani sombong karena bersembunyi di titik yang sangat dalam. Ia membuat lapisan-lapisan yang memungkinkan manusia lain tidak akan mencapai lapisan terdalam. Si sombong tidak berani berhadap-hadapan dengan yang disombongi. Bahkan ia menyangka sedang tidak berhadap-hadapan dengan Tuhan.

Kalau zaman fir’aun kan jelas. Terlihat secara kasat mata dialah subyek yang sombong itu. Ia gentelman berani berhadap-hadapan dengan yang disombongi. Mungkin ia juga menyangka tidak berhadapan dengan Tuhan. 

Manusia yang tertindas, menerima akibat dari kerasnya batu hati manusia lain dan memang tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa menunggu. Kesudahan apa yang akan diberikan oleh Tuhan. Apakah kesudahannya seperti kaum pembangkang zaman Nabi Nuh, Hud, Shaleh, Luth, Syu’aib ataukah seperti Fir’aun dan kroni-kroninya atau mungkin ada kesudahan lain yang belum pernah terjadi dalam kehidupan ciptaan-Nya ini. Atau mungkin, tidak ada kesudahannya. Karena seperti yang diobrolkan Iblis dengan Tuhan, “mereka akan terkena godaanku”, kata iblis, “kecuali orang-orang yang beriman”.

Komentar